SURABAYA, Tugujatim.id – Hari Raya Imlek 2023 tentu menjadi momen yang sangat spesial bagi masyarakat Tionghoa, khsusunya bagi umat beragama Khonghucu. Umat agama tersebut akan berbondong-bondong memenuhi rumah ibadah, termasuk menuju klenteng di Surabaya.
Keberadaan klenteng sebagai salah satu simbol keberagaman agama yang ada di masyarakat sejatinya tidak lepas dari perkembangan peradaban masyarakat China di Indonesia. Mereka menjadikan Surabaya sebagai salah satu titik pusat perdagangan sehingga kemudian bermukim dan menetap.
Daftar Klenteng di Surabaya yang Bersejarah
Surabaya adalah satu satu pusat peradaban kala Indonesia masih dalam genggaman penjajah. Bahkan jauh sebelum Belanda datang, Surabaya juga menjadi salah satu kota pelabuhan yang dipenuhi para pedagang dari berbagai daerah dan kerajaan.
Dengan berkembang sebagai pusat perdagangan, masyarakat China, utamanya umat Khonghucu pun berkembang. Mereka bermukim dan mendirikan beberapa rumah ibadah yang biasa disebut klenteng. Berikut ini beberapa klenteng bersejarah yang bahkan telah dibangaun seabad yang lalu.
1. Klenteng Hong Tiek Hian

Klenteng Hong Tiek Hian yang terletak di Jalan Dukuh Surabaya Utara, menyuguhkan pemandangan yang unik ketika dikunjungi. Dua buah bangunan utama yang terpisah oleh sebuah gang, dijembatani oleh sebuah jembatan yang dijaga dua ekor naga.
Klenteng ini memiliki dua lantai dengan altar yang berbeda. Di lantai 1 ada Altar Macko dan Kong Co. Sedangkan di lantai dua ada Altar Buddha yang berisi tempat persembahan Dewi Kwam Im dan beberapa dewi lainnya.
Klenteng ini menjadi sarana beribadah yang ramai dikunjungi warga penganut Khonghucu pada hari-hari besar seperti Imlek. Selain itu, klenteng ini juga sering dijadikan sebagai tempat pertunjukan wayang Potehi yang menarik perhatian bagi warga sekitar.
2. Klenteng Boen Bio

Klenteng Boen Bio yang berlokasi di Jalan Kapasan 131 Surabaya ini merupakan sebuah bangunan rumah ibadah yang unik dan merupakan “benteng terakhir pertahanan” agama Khonghucu di kota tersebut. Dalam catatan yang diunggah di laman Kemenag, klenteng ini dibangun pada 1883 dengan nama Boen Tjhiang Soe. Sesuai dengan plakat yang terpasang pada klenteng.

(Foto: Google Contributor Datuk Kalu)
Pada 1903, bangunan direnovasi dan diperluas hingga sampai pinggir jalan. Klenteng ini dibuka setiap hari mulai pukul 07.00-17.00 WIB dan di dalamnya ada banyak ornamen dan simbol keagamaan seperti lonceng atau genta dengan pemukul dari logam.
3. Klenteng Hok An Kiong

Klenteng Hok An Kiong yang juga dikenal sebagai Klenteng Suka Loka adalah sebuah tempat ibadah yang dikhususkan untuk umat Tridharma yang terdiri dari Buddha Gautama, Khonghucu, dan Thaisme. Bangunan ini didirikan pada 1820 M oleh sebuah perkumpulan pendatang Tionghoa dari provinsi Hokkian di atas sebuah lapangan rumput.
Konon, para tukang yang ditugaskan untuk membangun klenteng ini diimpor langsung dari Tiongkok beserta dengan perlengkapan dan bahan-bahan yang dibutuhkan. Awalnya lapangan ini digunakan sebagai tempat istirahat sementara bagi para awak kapal tongkang yang datang dari Tiongkok ke Surabaya untuk keperluan perdagangan. Mereka beristirahat di lapangan terbuka ini sambil menunggu waktu untuk kembali berlayar.

(Foto: dok. tourism.surabaya.go.id)
Melihat banyak pekerja perahu tongkang yang tidak memiliki tempat yang layak untuk beristirahat, anggota Hok Kian Kong Tik Soe mengambil inisiatif untuk membangun sebuah bangsal dan tempat ibadah di tempat tersebut. Klenteng yang didominasi warna merah dan kuning ini memiliki keunikan tersendiri, salah satunya adalah konstruksi bangunannya yang dibangun tanpa menggunakan paku logam sama sekali.
Bagian-bagian bangunan tersebut diikat hanya dengan potongan bambu yang diruncingkan. Klenteng ini masih berfungsi sebagaimana mestinya hingga saat ini dan terletak di area Kampung Pecinan. Salah satu hal yang istimewa dari tempat ini adalah adanya arca suci Dewi Laut, Makco Thian Siang Sing Boo yang tidak dapat ditemukan di klenteng lain di Surabaya.
4. Klenteng Kwan Sing Bio

Klenteng Kwan Sing Bio merupakan salah satu klenteng yang ada di Surabaya dan dijadikan sebagai salah satu rumah ibadah bagi umat Khonghucu. Klenteng ini berlokasi di Jalan Lebak Jaya II Utara No. 2, Gading. Tepatnya ada di wilayah Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Nama Klenteng Kwan Sing Bio identik dengan klenteng dengan nama serupa di Tuban. Klenteng ini diresmikan pada 2003 dengan nama Kwan Sing Tee Kun Bio Lebak Jaya Surabaya. Di dalamnya juga termasuk Vihara Widiya Surya Padma.
5. Klenteng Sanggar Agung Kenjeran

Klenteng Sanggar Agung Kenjeran atau yang juga dikenal dengan nama Hong Tang Sang terletak di Jalan Sukolilo No 100, Surabaya, Jawa Timur. Klenteng yang diresmikan pada 1999 ini berdiri di atas lahan seluas sekitar 4.000 meter persegi. Namun yang menarik dari klenteng ini adalah arsitektur yang tidak terlalu banyak menampilkan ciri khas arsitektur Tionghoa.
Salah satu daya tarik yang unik dari klenteng ini adalah letaknya yang berada di kawasan Pantai Ria Kenjeran. Keberadaan hutan bakau serta pemandangan pantai yang indah, menjadi nilai tambah bagi klenteng ini.

Ketika memasuki gerbang klenteng, pengunjung akan disambut Sang Dewi Kwan Im yang diapit dua patung Sha Nan dan Tong Nu, serta dijaga patung naga yang meliuk. Selain patung Dewi Kwan Im, pengunjung juga dapat menemukan Stupa Maha Brahma yang masih berada dalam area klenteng. Menurut legenda, Dewi Kwan Im pernah muncul di klenteng ini.
Itulah beberapa Klenteng di Surabaya. Selain sebagai sarana beribadah umat Khonghucu, klenteng juga dijadikan sumber sejarah untuk mempelajari bagaimana peradaban etnis China atau Tionghoa di Indonesia.