MALANG, Tugujatim.id – Apa itu cerita? dan bagaimana bercerita? Cerita adalah serangkai ingatan dalam benak manusia berdasarkan peristiwa yang dilihat, dialami, dan dirasakan oleh manusia itu sendiri, bisa juga berupa angan-angan dari sekumpulan wujud dalam horizon of idea-nya. Cerita disampaikan dengan berbicara atau tanda.
Dalam dunia seni, cerita dapat disampaikan melalui berbagai bentuk: komik, musik, dan film adalah beberapa bentuk ungkapkan cerita, sebuah pengejawantahan dari imajinasi dan intuisi seseorang. Alunan melodi dan serangkai lirik, sekumpulan gambar dengan teks dialog, atau realisasi teks dalam bentuk tayangan terstruktur.
Sementara durasi dan bentuknya bersifat relatif. Semisal cerpen dan novel, belum tentu sebuah cerpen akan bagus ketika dijadikan novel, pun sebaliknya, tak ada jaminan novel akan lebih baik jika dikemas menjadi cerpen.
Musik salah satu seni yang hampir kita jumpai setiap hari, secara umum musik diartikan menjadi dua, yakni musik untuk tujuan komersil dan musik murni. D
alam musik yang komersial, tentunya ada impact yang didapatkan. Artinya, pelaku musik mendapat keuntungan materi dan penikmat musik mendapatkan kepuasaan dari musiknya.
Sementara musik murni, tidak ada tendensi selain pada kepuasan mendengarkan musik tertentu atau pemenuhan spiritual, dan pemusiknya membuat musik semata-mata untuk mengekspresikan diri pada musik.
Komik adalah visualisasi dari cerita dengan bentuk ilustrasi berikut dialog sederhana yang unik. Secara sederhana, teknis pembuatan komik dimulai dengan pengembangan cerita, kemudian penentuan sudut pandang dan tata letak ilustrasi serta narasi atau dialog, baru kemudian pengilustrasian dan pewarnaan.
Dulunya, seorang komikus harus mampu membuat cerita dan ilustrasi, kini komik telah menjadi industri yang dapat menjangkau banyak orang melalui kolaborasi antara pembuat cerita dengan pengilustrasi.
Sementara film secara istilah berupa cerita yang dikemas dalam serangkaian simulasi. Film dibagi menjadi dua, film non fiksi dan film fiksi.
Berita adalah contoh film non fiksi, serangkaian cuplikan Bung Karno di masanya juga merupakan film non fiksi.
Sementara film fiksi adalah rekaan ulang dari cerita nyata atau sejarah, bisa pula berupa karangan bebas dari pembuat film.
Secara ringkas pembuatan film melalui beberapa tahap, yakni shot untuk menggambarkan waktu, tempat, dan benda-benda atau kegiatan seseorang; serangkaian shot akan menjadi scene yang menggambarkan suasana, kemudian dari kumpulan scene akan menjadi sequence (peristiwa) yang pada akhirnya sequence akan saling berkesinambungan hingga menjadi sebuah film.
Dari tiga bentuk seni tersebut, dibutuhkan ketekunan untuk menghasilkan kedalaman makna cerita yang sempurna. Di sisi lain, musik, komik, dan film bukan saja hanya sebagai penyampai cerita atau imajinasi, melainkan lebih dari pada itu. Ketiganya dapat dijadikan sebagai media dakwah dan media untuk mempertahankan nilai-nilai tradisi.
Gundala dan Sri Asih adalah contoh bentuk pengembangan budaya melalui film, karya Alffy Rev yang menampilkan bagaimana tradisi dapat berjalan berkembang di era modern, juga komik-komik karya Aji Prasetyo yang bergerak untuk melawan isu-isu radikal dan westernisasi.
Pada akhirnya, seni bukanlah satu hal yang terpisah dari kehidupan masyarakat, bukan hanya alat yang dijadikan hiburan semata. Sejatinya banyak ruang yang hanya bisa ditembus oleh seni seperti musik, komik, dan film.
Disarikan dari materi yang disampaikan pada Jigang Ramadan hari kedua, dalam materi Komik, Musik, dan Film.