Tugujatim.id – Belum lama ini, publik dikejutkan dengan munculnya nama-nama anak yang unik. Ada nama anak yang hanya terdiri dari satu huruf, dua huruf, hingga nama anak terpanjang yang mencapai sembilan belas kata.
Nama adalah sebutan yang menunjukkan identitas dan digunakan untuk mengenali seseorang. Nama bukanlah kata tanpa sebab dan makna. Ia berkaitan dengan berbagai aspek yang melingkupinya. Contohnya, waktu, tempat, suasana atau peristiwa, status sosial, sejarah, dan tradisi.
Nama sebagai produk bahasa masyarakat mampu menjelaskan sesuatu di sekitar orang tersebut. Tak heran, menurut jurnal yang ditulis Sahid Teguh Widodo berjudul Konstruksi Nama Orang Jawa Studi Kasus Nama-Nama Modern di Surakarta bahwa nama merujuk pada ide-ide abstrak, seperti budaya, masyarakat, nilai, cita-cita, harapan, dan doa.
Karenanya, nama tidak terlepas dari pengaruh adat dan tradisi masyarakat di sekitarnya. Pola pemberian nama seseorang juga terikat dengan budaya suatu suku. Setiap suku memiliki cara yang berbeda. Misalnya, masyarakat Batak menggunakan nama marga sebagai nama orang.
Suku Jawa dan Baduy juga memiliki keunikan tersendiri. Melansir dari artikel karya Udjang Pr. M. Basir berberjudul Fenomena Bahasa Nama dalam Budaya Jawa: Kajian Aspek Filosofis dan Fakta Sosial, bahwa penamaan masyarakat Jawa biasanya melalui proses meminta nasehat sesepuh, dukun, kiai, petunjuk mimpi, puasa, petunjuk gaib, hari kenangan, dan ide keluarga sendiri.
Adapun sumber penamaan tersebut bisa dari nama pasaran, hari, dan bulan lahir, situasi atau pengalaman, mimpi atau khayalan, peristiwa penting tertentu, serta gabungan nama orang tua.
Masih dari sumber yang sama, panjang nama orang Jawa yang paling pendek satu kata dan paling panjang empat sampai lima kata. Meskipun, dalam beberapa kasus ada yang lebih dari lima kata. Nama tersebut memiliki beragam makna, yaitu bermakna doa dan harapan, keyakinan, cita-cita, peringatan, dan kenangan.
Contoh, nama Rini Sulistyowati bermakna anak perempuan yang cantik lahir batin. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, ada banyak sumber nama-nama baru yang diadopsi masyarakat Jawa. Bisa dari nama-nama nabi, Bahasa Arab, bahkan istilah Barat. Contohnya, Yusuf, Muhammad Ali, dan Chealse.
Tidak jauh berbeda dengan masyarakat Jawa, masyarakat Baduy memiliki pola pemberian nama yang juga unik. Dilansir oleh artikel yang ditulis Cece Sobrana dan Asri Soraya Afsari berjudul Pola Nama pada Masyarakat Baduy, pemberian nama pada masyarakat Baduy umumnya dilakukan melalui tiga tahapan.
Pertama, meminta saran dari dukun yang biasa dimintai pertolongan untuk memberi nama. Dukun akan mencari petunjuk selama tiga hari tiga malam. Jika dalam waktu tersebut, tidak ada petunjuk, maka dukun akan menyiapkan beberapa nama untuk bayi tersebut.
Kedua, pemberian nama sesuai hari kelahiran. Contoh, nama Rebo yang berarti lahir di hari Rabu. Ketiga, pemberian nama dengan mengambil sebagian nama dari orang tuanya. Namun, ada juga yang nama anak yang tidak berkaitan dengan nama orang tuanya.
Selain itu, masih dari sumber yang sama, nama masyarakat Baduy cenderung satu kata yang mengandung dua sampai tiga suku kata (silabi), seperti Aming, Sarpin, Jamin, untuk laki-laki, dan Nena, Salnah, Talci untuk perempuan.
Namun, kini mulai banyak nama anak Baduy milenial yang terdiri dari dua sampai tiga kata. Contohnya, Aat Mardiat, Milla Putri, Silvi Slavina Putri, dan seterusnya.
Itulah pola penamaan masyarakat Jawa dan Baduy.