Kisah Mantan Teroris yang Kini Sibuk Kembangkan Industri Kreatif

Kisah Mantan Teroris yang Kini Sibuk Kembangkan Industri Kreatif
Syahrul Munif (paling kiri). (Foto: FEN)

Kisah inspiratif ini datang dari sekelompok mantan narapidana teroris (napiter) di Malang. Mereka yang dulu aktif ‘berjihad’ hingga ke Suriah, kini justru terjun ke dunia bisnis dengan bermodalkan niat baik dan tekad semata.

Di antaranya adalah Syahrul Munif, warga Singosari, Kabupaten Malang yang sibuk memproduksi permen Calyna Candy.

Juga ada Sutriano, warga Jabung, Kabupaten Malang. Dia memproduksi kerajinan tangan dari bambu. Seperti sangkar burung hingga pernak pernik lainnya.

Baca Juga: Bahaya Kebiasaan Memukul Anak yang Seharusnya Tak Dilakukan

Kemudian ada Muhidin, warga Surabaya. Dia berbisnis konveksi. Juga Irfan, warga Probolinggo. Dia turut membuka usaha yakni potong rambut.

Syahrul mengatakan, hal tersebut merupakan upaya untuk kembali terjun ke tengah masyarakat, usai keluar dari jeruji dunia teroris.

Bersama 13 rekan lainnya, pria 38 tahun ini bertekad ingin mematahkan stigma buruk masyarakat terhadap napiter lewat produk kreativitas.

“Kami dan teman-teman ingin supaya kita ‘jihad’ nya yang realistis. Jihad itu memang ada. Tapi beda-beda tiap daerah. Kalau di Indonesia ini jihadnya jihad kompetensi. Salah satunya kami harus bisa menciptakan produk,” kata Syahrul, disela berbincang dengan Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional, Dr Aqua Dwipayana dan sejumlah undangan lain, di Rumah Makan Kertanegara Kota Malang, pada Rabu malam (5/11/2020).

“Kita menunjukkan kalau kita bisa mampu menghadapi stigma (negatif) masyarakat yang pernah ada,” imbuhnya.

Menurutnya, untuk terjun ke dunia bisnis bukankah perkara mudah. Sebab, tak sedikit dari masyarakat yang masih menilai buruk mantan napiter dan terorisme. Utamanya usai mencuatnya peristiwa ISIS dan isu radikalisme. Teroris justru dipandang lebih mengerikan dan menakutkan.

Calyna Candy
Salah satu produksi permen, Calyna Candy bikinan salah satu mantan napiter. (Foto: FEN)

Baca Juga: Hobi Menyaksikan Video Binatang Lucu dan Imut Baik untuk Kesehatan, Studi Membuktikan

“Kadang kalau saya menawarkan produk itu ditanya mas sudah berapa lama memproduksi ini. Kalau uda kenal dekat ya saya bercerita kalau dari mantan napiter. Mereka malah gak percaya. Masak sih mantan napiter bisa berbisnis?,” kenangnya sembari terkekeh.

Sempat ditangkap pada 2017 lalu dengan vonis 3 tahun masa tahanan, Syahrul sedikit bercerita, jika dirinya mendapatkan banyak titik pencerahan tatkala menjalani masa penahanan. Selain tersadar akan masa lalunya yang kelam, dia juga merasa lebih dekat dengan Tuhan.

Kini, bersama teman seperjuangannya, dia bertekad untuk berubah. Mental tangguh yang dulu dibangun sebagai pejuang harus bisa diwujudkan kembali dengan mencintai sesama.

Kegiatan usaha ini, rupanya mendapatkan dukungan sekaligus pendampingan dari banyak pihak. Antara lain Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar, yang sebelumnya sempat berkunjung ke rumah produksi makanan ringan Calyna Candy di Bukit Cemara Tujuh, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, pada 26 Oktober lalu.

Kemudian juga ada dukungan dari Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional, Dr Aqua Dwipayana; ibu asuh bagi para mantan napiter, Asih Siswanti; hingga perwakilan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Malang, Enny Umronah.

Menurut Dr Aqua, para napiter ini sungguh luar biasa. Selain orang baik, mereka juga mempunyai kesungguhan hati untuk berubah.

Baca Juga: Daftar Produk Prancis di Indonesia, Mulai Danone, L’Oréal, hingga Ubisoft

Dia berpesan, kunci sukses dalam berbisnis ada dua hal. Yakni menjalin silaturahmi dan totally service.

“Produk apapun kekuatannya di marketing. Kuncinya menjaga, memelihara, menjaga, meningkatkan silaturahmi. Silaturahmim kalau di agama adalah ibadah. Dalma konteks bisnis adalah jaringan atau networking. Buka itu seluas-luasnya untuk bisa menggali peluang,” ujarnya.

Sementara untuk totally service yang dimaksud, ialah tidak membatasi diri dalam berkreasi dan melayani.

“Saya tekankan betul pada mantan napiter. Jangan sampai orang beli produk mereka karena kasihan tapi memang orang membeli karena ini bagus. Dia butuh, kemudian membeli dan akan bercerita kemana mana,” tandas Dr Aqua. (fen/zya/gg)