BOJONEGORO, Tugujatim.id – Melonjaknya harga cabai rawit merah di Bojonegoro hingga Rp 105 ribu per kilogramnya turut dirasakan pedagang kaki lima yang menggunakan sambal dalam masakannya, salah satunya Masriani, ia hanya bisa pasrah dengan kenaikan harga cabai yang terjadi saat ini.
“Ya mau gimana lagi mbak, pasrah saja,” ujarnya saat ditemui Tugu Jatim di lapaknya di Jalan DI Panjaitan, Bojonegoro, Selasa (09/03/2021) sore.
Meski begitu, penjual pecel lele ini tetap menyajikan dengan porsi yang sama seperti sebelum kenaikan harga cabai di pasaran.
“Porsi sambalnya tetap sama, kalau kita kurangi nanti rasanya juga berbeda,” sahut rekannya, Muslikah.
Hal yang sama juga dirasakan Ahmad, penjual sego sambel ini juga tetap mempertahankan rasa meskipun harus mengurangi keuntungan yang di dapat.
“Ya tetap kita kasih porsi yang sama, cuma kita mengurangi untung,” ungkapnya.
Dalam seharinya, Ahmad bisa menghabiskan satu setengah kilo cabai rawit untuk membuat sambal dan aneka jenis masakan yang lainnya.
Sebagai informasi, lonjakan harga cabai dibeberapa tempat disebabkan berkurangnya pasokan cabai rawit. Hal tersebut disebabkan pula karena curah hujan tinggi dan menyebabkan cabai busuk atau dimakan hama.
Keluhan yang dirasakan pedagang kaki lima tersebut tak hanya dari kenaikan cabai rawit saja, mereka juga mengeluhkan penurunan pembeli akibat pandemi Covid-19 ini.
“Biasanya kalau belum Covid-19 kemarin ya bisa dapat untuk Rp 200 ribu per hari, sedangkan sekarang hanya dapat Rp 100 ribu dibagi dua sama rekan kerja,” kata Ahmad.
Sedangkan Masriani mengaku mengalami penurunan hingga 30-40 persen saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. (Mila Arinda/gg)