Kita pasti sudah sering mendengar istilah LGBT, baik secara langsung maupun melalui media. Ada banyak kontroversi dan perdebatan terkait hal ini. Bahkan hal ini dianggap sebagai isu yang cukup sensitif di Indonesia.
LGBT sendiri merupakan akronim dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Istilah ini sudah digunakan sejak tahun 1990-an. Istilah ini digunakan untuk menggantikan frasa komunitas gay atau komunitas yang memiliki orientasi seks terhadap sesama jenis. Hal ini juga memiliki lambang berupa bendera berwarna pelangi. Warna-warna dalam bendera ini mencerminkan keragaman dan kebanggaan dalam komunitas LGBT.
Apabila ditelaah terpisah, masing-masing akronim dari LGBT memiliki penjelasan tersendiri. Lesbian dan gay merupakan merupakan istilah untuk menyebutkan ketertarikan seksual dengan sesama jenis (homoseksual). Lesbian sendiri merupakan sebutan khusus untuk perempuan yang menyukai sesama jenis, sedangkan gay adalah sebutan khusus untuk laki-laki yang memiliki orientasi seks terhadap sesama jenis.
Baca Juga: Pemerintah Jepang Bakal Petakan Pencemaran Laut Dunia karena Limbah Plastik
Kemudian Bixesual adalah sebutan khusus untuk orang yang bisa tertarik kepada laki-laki maupun perempuan. Lalu transgender merupakan istilah khusus untuk menyebutkan orang yang cara berperilaku dan berpenampilan tidak sesuai dengan jenis kelaminnya. Transgender ini berbeda dengan transeksual, karena seorang transgender tidak melakukan prosedur operasi ganti kelamin
Kehadiran LGBT di Indonesia tentu membuat gaduh banyak, karena dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap agama, kodrat, norma, serta nilai yang berlaku di tengah masyarakat Indonesia. Lalu sebenarnya apa yang menyebabkan seseorang menjadi LGBT? Berikut adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab LGBT yang dilansir dari hellosehat.com.
1. Faktor Keluarga
Keluarga khusunya orang tua merupakan pendidik pertama yang dikenal oleh anak. Pendidikan inilah yang sedikit banyak memiliki peranan dalam membentuk pribadi anak. Maka dari itu perlakuan apappun yang seorang anak terima di rumah tentu berpengaruh terhadap kepribadiannya.
Baca Juga: Kala Mahasiswa S3 Asal Blitar Produksi Arang untuk Bertahan di Masa Pandemi
Misalnya ketika seorang anak perempuan melihat sang ayah berperilaku kasar terhadap ibunya atau bahkan dirinya. Anak perempuan tersebut mungkin akan merasakan kemarahan atau kebencian terhadap sosok ayah tersebut. Maka tidak menutup kemungkinan ia akan menanamkan stigma bahwa laki-laki itu kasar, jahat, dan kejam. Hal tersebut dapat mengakibatkan ia trauma terhadap laki-laki dan lebih memilih berorientasi seksual dengan sejenusnya
2. Faktor Lingkungan dan Pergaulan
Lingkungan serta kebiasaan dalam bergaul disinyalir sedikit banyak dapat menjadi faktor penyebab seseorang memutuskan bergabung dan menjadi bagian dari komunitas yang kebanyakan masyarakat menganggapnya menyimpang ini. Apalagi biasanya orang-orang yang bergabung dalam komunitas LGBT menawarkan toleransi yang tinggi sehingga dapat menghadirkan kenyamanan di setiap anggotanya. Selain itu masuknya budaya-budaya yang berasal dari luar negeri khususnya budaya barat turut memengaruhi mereka dalam mengambil keputusan untuk menjadi LGBT. Apalagi di luar negeri toleransi dan hak para LGBT lebih baik daripada di Indonesia
3. Faktor Genetik
Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti telah menunjukkan bahwa salah satu pendorong seseorang menjadi LGBT yang dianggap menyimpang itu berasal dari dalam tubuh orang tersebut. Pada umumnya seorang laki-laki memiliki kromosom XY dalam tubuhnya dan wanita memiliki kromosom XX.
Meskipun demikian dalam beberapa kasus ditemukan seorang laki-laki yang memiliki kromosom XXY. Ini artinya laki-laki tersebut memiliki kelebihan kromosom dan laki-laki tersebut dapat menjadi LGBT. Selain itu, keberadaan hormon testosteron dalam tubuh manusia juga memiliki andil dalam seseorang menjadi LGBT.
Baca Juga: Awas, Obesitas Tingkatkan Risiko Kematian COVID-19 hingga 48 Persen
LGBT tidak hanya menjadi isu panas dan sensitif di Indonesia. LGBT juga dapat memberikan dampak buruk bagi mereka. Dampak tersebut di antaranya hubungan yang mereka jalin tidak diizinkan oleh agama dan pemerintah, beresiko menyebabkan penyakit seksual, serta dijauhi oleh keluarga, teman, dan orang-orang terderkat.
Penulis: Sindy Lianawati
Editor: Gigih Mazda