SURABAYA, Tugujatim.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memberikan pelatihan kerajinan tangan untuk penghuni Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Surabaya, di Jalan Keputih Surabaya, pada Sabtu-Minggu (15-16/10/2022).
Peserta yang hadir dalam pelatihan itu terdiri dari Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) hingga tunawisma. Mereka mendapat pembelajaran cara membuat kalung, gelang, hingga keset.
Hal itu disampaikan Kepala UPTD Liponsos Keputih Surabaya, Imam Muhaji. Dia mengatakan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada para penghuni agar tidak jenuh.
“Dalam kegiatan hari ini, ada pembuatan kalung peluit untuk disabilitas, nantinya hasil dari mereka-mereka ini akan kami distribusikan ke Sekolah-sekolah Luar Biasa (SLB). Harapan kita, mereka yang tunawicara saat butuh bantuan dapat meniup peluit sebagai tandanya,” katanya, pada Minggu (16/10/2022).
Imam menyebut, hasil kerajinan karya penghuni Liponsos Keputih ini akan dijual melalui e-Peken, website Pemkot Surabaya. “Jadi kita distribusikan, kita jual di e-Peken. Yang mana ada nilai ekonomisnya yang tentunya nanti kembali ke teman-teman atau penghuni yang ada di sini,” ujarnya.
Tak hanya untuk menambah pendapatan penghuni Liponsos Keputih, lanjut Imam, pelatihan ini diharapkan dapat menjadi bekal mereka ketika kembali ke daerah asal. “Jadi harapan kita setelah reunifikasi atau pemulangan, mereka minimal punya keterampilan. Jadi di waktu senggang bisa dipergunakan untuk membuat keterampilan-keterampilan,” terangnya.
Di sisi lain, tambah dia, pemberian keterampilan ini menjadi salah satu terapi bagi mereka. Harapannya, agar mereka tidak selalu termenung di sela-sela kegiatan rutin seperti mengaji dan terapi aktivitas kelompok.
“Dengan pelatihan ini, dia (ODGJ) bisa saling koordinasi sama teman-temannya, melatih memori mereka, melatih konsentrasi. Dengan pemberian keterampilan tersebut juga menghindari mereka dari halusinasi atau bisikan-bisikan yang memang dari gangguan jiwa,” papar dia.
Pihaknya juga mendatangkan instruktur pengajar. Sedikitnya pelatihan ini diikuti sekitar 30 orang pada setiap sesi. Sementara hari biasa, mereka didampingi oleh para pendamping.
“Jadi setiap hari ada kegiatan, pagi ataupun sore menyesuaikan dengan jadwal yang sudah kita susun dengan jadwal yang ada di barak. Jadi satu sesi kurang lebih sekitar 20 sampai 30 peserta. Nanti ada lagi kegiatan lainnya,” jelasnya.
ODGJ yang mengikuti pelatihan itu, kata dia, adalah yang kondisi mentalnya sudah membaik. Mereka sudah bisa diarahkan dan tidak gaduh gelisah. “Tentunya oleh instruktur ini yang sudah bisa diarahkan, diajari terkait membuat gelang pola-polanya, membuat keset atau menjahit. Jadi mereka yang sudah bisa diarahkan,” tutupnya.