MALANG – Sektor wisata adalah salah satu sektor perekonomian yang terdampak karena pandemi corona. Memang tak bisa dipungkiri, jumlah wisatawan bakal merosot lantaran masyarakat khawatir tertular virus asal Wuhan, China ini. Salah satu tempat yang terdampak, yakni Pujon Kidul.
Meski demikian, Pujon Kidul yang terkenal dengan kafe di tenah area persawahan tersebut tetap bertahan. Meskipun hal tersebut menunjukkan adanya penurunan yang begitu signifikan.
Salah seorang pelaku wisata asal Pujon, Aminullah Huda mengatakan jika pandemi ini sangat dirasakan oleh para pelaku wisata. Menurutnya, jumlah wisatawan turun drastis dibanding sebelumnya adalah corona.
Baca Juga: Hobi Menyaksikan Video Binatang Lucu dan Imut Baik untuk Kesehatan, Studi Membuktikan
“Kalau dibandingkan sebelum adanya COVID-19 sekarang ya ada penurunan kisaran 50 persen,” ungkapnya saat dihubungi tugumalang.id partner Tugu Jatim pada Sabtu (10/10/2020).
Bahkan, sebelumnya adalah pandemi corona, jumlah wisatawan bisa mencapai angka 15.000 wisatawan.
“Sebelum adanya COVID-19 ini pengunjung bisa mencapai 15.000 orang di hari Sabtu dan Minggu. Tapi kalau hari-hari biasa di kisaran 3.000 sampai 7.000 pengunjung,” ujarnya.
Hingga saat ini, jumlah wisatawan saat ini belum bisa menyentuh angka normal. Padahal Desa Wisata Pujon Kidul sudah dibuka sejak Bulan Agustus 2020.
Kepada tugumalang.id, partner Tugu Jatim, Huda menjelaskan jika warga desa tidak terdampak langsung efek pandemi ini. “Kalau secara ekonomi yang terdampak itu hanya pelaku wisata saja, sedangkan warga biasa kesehariannya ya ke sawah dan beternak,” tegasnya.
Perbolehkan Wisatawan Datang ke Pujon Kidul, Asal Patuhi Protokol Kesehatan Ketat
Oleh sebab itu, ia mengatakan agar masyarakat tidak perlu takut lagi berwisata. “Sudah lama gak ada efek sama sekali,” tuturnya.
Baca Juga: 14 Juta Ton Sampah Plastik Mengendap di Dasar Lautan, Studi Membuktikan
“Wisatawan kalau mau datang tinggal datang aja membawa masker gitu. Nanti di pintu masuk dicek suhu tubuh pakai thermogun,” sambungnya.
Terakhir, ia berharap agar media tidak terlalu mempolitisir pandemi corona ini.
“masalahnya memang COVID-19 itu ada. Tapi selama ini bukti realnya belum real, jadi kita dibikin bingung yang benar-benar COVID-19 ini standarisasinya bagaimana dan kita belum tahu,” pungkasnya. (rap/gg)