SURABAYA, Tugujatim.id – Inilah bait memoar yang ditulis oleh Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono sebelum mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit St. Vicentius a. Paulo (RKZ), Kota Surabaya, Kamis (10/08/2023), pukul 10.29 WIB.
Di hidup abadilah aku
Tiada jeda, tiada akhir
Hanya ada kehidupan
Tersadar penuh, dengan senyuman
Untuk selamanya
Berpulang, aku berpulang
Bayang bayang telah berlalu
Terang kini tiba
Hidup abadi kumulai
Aku kini berpulang…
Siang, tidak lama setelah Bapa Uskup Vincentius Sutikno Wisaksono menutup mata menuju rumah Tuhan, lonceng kematian berdering di gereja. Pertanda, umat Katolik tengah berduka.
Karangan bunga duka cita kian berdatangan tiada henti di Gereja Katedral Hati Kudus Yesus, Kota Surabaya, sejak Kamis sore (10/08/2023) hingga pukul 22.00.
Ribuan umat pun mulai berdatangan memenuhi ruangan ibadah hingga halaman gereja. Upacara persemayaman jenazah Uskup Vincentius Sutikno Wisaksono. Para umat hadir bergantian memberikan salam terakhirnya kepada imam.
“Sebelumnya sudah dilakukan doa di kapel RKZ oleh para romo, frater, dan suster. Lalu dilanjut disemayamkan di gereja. Kami lakukan Misa Requiem dan Ekaristi,” kata Romo Keuskupan Surabaya Dwi Joko kepada Tugujatim.id, Kamis (10/08/2023).
Romo Joko memperkirakan kedatangan umat yang ikut persemayaman pada hari pertama sekitar 1.500 orang. Jumlah tersebut akan terus bertambah seiring para jemaat yang melawat di hari kedua.
“Malam ini tutup peti, besok sepanjang hari itu kesempatan untuk umat beriman datang berdoa, juga para kelompok karena di Surabaya banyak kelompok tertentu. Jadi masing-masing mereka datang, mengatur, itu Misa Requiem,” ujarnya.
Misa Reqiuem atau Misa Arwah menjadi perayaan untuk menghantarkan jiwa-jiwa kekal demi kedamaian dari orang yang telah meninggal dunia. Misa Requiem Uskup Surabaya oleh selebran Uskup Malang Mgr H. Pidyarto O. Carm.
Setelah Misa, para Romo Keuskupan Surabaya dan para umat melanjutkan upacara Ekaristi. Antara Ekaristi dan Katolik tidak dapat dipisahkan. Ekaristi merupakan tindakan saling memberi dan menerima. Perjanjian cinta kasih antara Tuhan Yesus Kristus dan manusia.
Perarakan mulai masuk ke ruang altar. Tanda salib, salam, doa tobat, “Tuhan kasihanilah kami”, “Kemuliaan”, dan doa pembuka menjadi satu rangkaian yang utuh. Sabda-sabda liturgi dan ekaristi mulai mengantarkan Uskup Sutikno menuju kedamaian.
“Malam ini juga dilanjutkan langsung tutup peti. Seharusnya besok tapi dokter menganjurkan malam ini karena kondisi uskup dalam keadaan bengkak mulutnya sehingga mengeluarkan banyak cairan. Jadi sebaiknya harus ditutup,” ungkapnya.
Vikaris Pastoral Keuskupan Surabaya Agustinus Tri Budi Utomo mengungkapkan, Uskup Sutikno sejak 2017 telah menjalani perawatan intensif di sejumlah rumah sakit nasional dan internasional.
“Bapa Uskup didiagnosa kanker prostat. Tapi, uskup juga memiliki riwayat komorbid kencing manis, sirosis hepatitis, lambung kronis, dan liver kronis,” ucapnya.
Berpulangnya uskup asli Surabaya pertama yang menduduki kepala keuskupan ini membuka duka mendalam bagi umat Katolik di Surabaya, juga di Jawa Timur.
Writer: Izzatun Najibah
Editor: Dwi Lindawati