Oleh: *Afan.
Tugujatim.id – Pesta demokrasi rakyat Indonesia dalam rangka memilih Presiden, DPR-RI, DPD, DPRD provinsi dan dapil-kecamatan yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah usai. Dalam hajat nasional yang diselenggarakan 5 tahun sekali tersebut mengandung banyak drama politik yang masih membekas di masing-masing ingatan kubu paslon, tanpa terkecuali.
Belum selesai merapikan sisa-sisa dialektika Pemilu 2024, kini rakyat Indonesia kembali dihadapkan oleh amanat konstitusi Undang-Undang No 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 yang akan dilaksanakan pada esok, Rabu, 27 November 2024.
Di Kabupaten Nganjuk, desas-desus nama-nama kandidat calon bupati dan gubernur sudah bermunculan, salah satu nama kandidat bupati Nganjuk adalah Muhammad Muhibbin Nur atau yang akrab dipanggil Gus Ibin. Berangkat sebagai calon bupati dengan latar belakang seorang tokoh masyarakat dan agamawan dari Pondok Pesantren Mojosari (Loceret, Nganjuk).
Seorang ayah dengan tiga anak tersebut banyak mendapatkan apresiasi dan aspirasi positif dari kalangan masyarakat. Di antaranya didapat dari para kiai, adapun dari golongan akademisi atau mahasiswa, juga tidak luput dukungan dari komunitas-komunitas Kabupaten Nganjuk.
Semua kalangan menyambut pencalonan Gus Ibin dengan penuh sukacita. Bukan tanpa alasan, putra keempatnya Bu Nyai Hj Maulidiyyatul Ummayyah tersebut, selain diberkahi karisma dan karakter sosial yang baik, dia mempunyai kompetensi dan kredibilitas sebagai pemimpin yang ulung. Hal demikian dapat dibuktikan secara konkret dengan menyaksikan kesuksesannya memotori lembaga pendidikan, Ponpes Mojosari yang diasuhnya.
Berawal dari kegelisahan sosial sebagai kiai pondok yang turut merasakan realitas sosial di Nganjuk, seperti kesenjangan sosial, pembangunan infrastruktur yang kurang efesien, pengangguran, dan bantuan pendidikan yang tidak merata. Atas dorongan dari merasakan fenomena sosial tersebut, Gus Ibin hendak melakukan tata kelola Kabupaten Nganjuk semaksimal mungkin dan menularkan etos kerja, kreativitas, dan integritas terhadap khalayak melalui jalur politik, ikhtiar awal Gus Ibin adalah berafiliasi pada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai calon AG-1 Nganjuk.
Hal ini berkesan apa yang dilakukan Gus Ibin adalah menyampaikan sebuah kritik terhadap paham sekularis serampangan yang beranggapan politik dan agama laksana air dan minyak. Padahal, sekularis pada dasarnya merupakan aksi menjaga netralitas ruang publik. Artinya, tidak ada yang lebih diunggulkan atau mendominasi di dalam suatu pemerintahan agar terciptanya tatanan rezim yang sanggup menjamin semua rakyat mendapatkan perlakuan, hak, dan pengayoman yang sama tanpa memandang aspek privasi individu, yakni keyakinan.
Keniscayaan Relasi Agama dan Politik
Antara agama dan politik mempunyai relasi tersendiri. Jika politik menggunakan agama sebagai legitimasi dogmatik untuk mengikat masyarakat agar mematuhi peraturan yang ada. Maka, dengan agama yang dikonotasikan sebagai ajaran dan aturan berkehidupan, agama berperan sebagai katrol dan kerangka nilai atas keputusan-keputusan politiknya supaya steril dari kepentingan partikular.
Sejatinya, menurut perspektif Reza Wattimena dalam esainya “Politik, Agama dan Tafsirannya”, politik diartikan sebagai seni tata kelola hidup bersama untuk mencapai kebaikan bersama. Politik juga dapat dipahami sebagai seni untuk mewujudkan berbagai kemungkinan. Supaya politik tidak disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan sempit dan korup, ia harus dipandu dengan nilai-nilai kehidupan yang luhur (Reza, W. 2018).
Keluhuran nilai-nilai yang dimaksud tersebut hanya ada pada lokus agama. Politik bisa memahami bahwa kekuasaan yang menyimpang atau disalahgunakan itu akan berdampak buruk dan menimbulkan prahara bagi rakyat. Akan tetapi, politik tidak cukup mengerti mengapa seorang penguasa rezim tidak boleh menyalahgunakan kekuasaannya, di situlah agama berperan.
Lebih dalam daripada itu, Gus Ibin tidak melandaskan instrumen politiknya dengan uang semata, melainkan program-program yang telah dikaji secara rigid. Ada konsekuensi logis yang ditimbulkan bilamana politik dilandasi dengan uang, istilah lainnya dalam menyebut itu adalah money politics.
Selain mencederai marwah demokrasi, pemimpin yang terpilih melalui kontaminasi money politics akan ada kecenderungan menggunakan posisinya untuk mengembalikan modal politik sebelumnya. Selain itu juga, money politics bisa berpotensi menimbulkan budaya korup yang berbagai jenis. Sebagaimana yang pernah disebutkan oleh KPK, bahwa politik uang adalah mother of corruption yang melahirkan praktik suap, gratifikasi, atau jenis korupsi lainnya.
Baca Juga: Ular Kobra Masuk Rumah Warga Tuban, Sembunyi di Dalam Septic Tank
Perlu dicatat dan digarisbawahi, Gus Ibin merupakan cabup Nganjuk yang berasal dari nasab keilmuan agama yang kental akan khas Nahdlatul ‘Ulama (NU). Sebagai tokoh intelektual dari NU, tentunya tidak akan melepas pedoman berpolitik ala NU, yaitu Politik Kebangsaan yang digagas oleh para muassis NU, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dan tokoh-tokoh lainnya.
Ali Mursyid dalam artikelnya bertajuk “Menjaga Marwah NU di Tengah Percaturan Politik” (Timenews, 2024), menafsirkan politik kebangsaan adalah meletakkan nilai-nilai keislaman tentang bernegara yang baik dan benar tanpa mencederai pihak tertentu sebagai fondasi. Menjaga keutuhan dan stabilitas politik berbasis kebangsaan inilah yang menjadi ritme prinsipil dalam berpolitik Gus Ibin.
Rekaman histori yang senada pernah diimplementasikan langsung oleh Gus Dur, eks Presiden RI ke-4. Dalam menjalankan amanat-amanat konstitusi, Gus Dur tidak pernah melenceng dari pedoman yang telah dirumuskan oleh para pendahulunya. Yaitu, politik yang tidak hanya menjaga roda perekonomian dan insfratruktur, tapi juga menjaga kedewasaan pemerintah dalam menyejahterakan rakyat.
Menuju Digdaya
Bermodal “9 Program Prioritas”-nya, yaitu: Petani Unggul, Layanan Kesehatan Berkualitas dan Berkeadilan, Entrepreneur serta Investasi berbasis Lokal dan Hobi, Dukungan anggaran Pendidikan Formal dan Non-Formal, Pusat Olahraga Publik, Nganjuk Berbudaya, Birokrasi Bersih, Efektif, dan Transparan, Call Center aduan masyarakat dan Reaksi Cepat Solutif, Meningkatkan Infrastruktur Dasar dan Digital yang direprentasikan dengan slogan “Nganjuk Digdaya”. Bermaknakan Gus Ibin akan melakukan renofasi dan rekonstruksi di berbagai sektor Kabupaten Nganjuk, baik secara horizontal maupun vertikal.
Harapannya, Nganjuk yang sudah berkembang dapat mengalami kemajuan. Tidak hanya menjadikan Nganjuk memiliki daya bersaing yang memadai, tapi juga mengajak jajarannya dan untuk siap dan sigap mengatasi varian problem yang ada di dalam Kabupaten Nganjuk saat ini dan ke depannya nanti.
“9 Program Prioritas” di atas tidaklah muncul dari langit begitu saja, melainkan hasil dari analisis dan rekayasa sosial. Sebagai contoh program Investasi berbasis Lokal dan Hobi, Gus Ibin melihat adanya komunitas-komunitas motor di Nganjuk yang cukup ramai, seperti komunitas CB Nganjuk, komunitas motor Trail, komunitas motor Vespa, dan lain-lainnya.
Secara pendek logika, awak komunitas-komunitas motor tersebut juga memiliki bengkel langganan dan membayar pajak motor. Jika membayar pajak, berarti turut andil dalam APBD. Maka, sebagai kontributor APBD yang bisa dibilang masif, Gus Ibin menyadari akan potensi besar yang dimiliki para oleh komunitas-komunitas tersebut. Dengan itu, Gus Ibin hendak mengakomodasi hobi mereka dengan cara membuat program bantuan kepada pemilik bengkel untuk menopang kebutuhan bengkel, seperti bantuan berupa compressor, sekumpulan kunci atau socket, dan sejenisnya.
Baca Juga: Asus TUF Gaming H5: Headset Ringan Terbaik untuk Gamer Profesional dengan Kombinasi Sempurna
Hal demikian yang akan diusung oleh Gus Ibin dalam sistem kepemerintahannya nanti. Yakni, menjadikan APBD lebih fokus kepada kebutuhan dasar masyarakat. Ketika APBD melesat sesuai presisi, masyarakat Nganjuk tersejahterkan, maka cita-cita luhur dari slogan “Nganjuk Digdaya” dapat tercapai.
Digdaya tidak hanya bermakna kuat dalam segala aspek. Lebih dari itu, istilah digdaya adalah orientasi ketika individu atau kelompok telah mempunyai mentalitas yang mandiri, kreatif, dan bersih atau sportif. Jika bicara perihal pemerintahan Kabupaten Nganjuk, maka yang dijanjikan adalah mengonstruksi masyarakat Nganjuk untuk sanggup survive dalam aspek ekonomi dan budaya pada arus digitalisas dan era transisi dari agararis ke industrialisasi, kreatif dalam berkarya untuk kemaslahatan umat, dan bersih secara struktural dan kultural.
Akhir kata, sebagai seorang dari kalangan santri, Gus Ibin telah mendeklarasikan diri untuk siap menjadi pelayan keimanan, kemanusiaan, dan kealaman. Itulah esensi manusia yang hidup. Hidup yang bergerak. Bergerak yang memberi manfaat. Manfaat yang untuk masyarakat umum, khususnya bagi warga lingkungan Kabupaten Nganjuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
*) Pegiat TPQ Nurul Huda dan Padhepokan Gendheng Barokah.
Editor: Dwi Lindawati