Malang
Sejuk Malang memutihkan kulit
Dan melemababkan alismu.
Bibit mimpi yang kau bawa dari Madura
Tumbuh subur di dahi dan dadamu
Bak kebun bunga.
Saban hari menjelang sore
Hujan mengantar senja ke rumahnya.
Dengan segelas susu
Engkau duduk membeku
Memandanginya dari jendela.
Kebunmu mulai kantuk dipeluk kabut.
Matamu lunglai suntuk diserang gabut.
Hujan bak senyum tipis.
Bikin hati kadang meringis.
Kalaupun Malang kerap
membuatmu gigil karena rindu dan gerimis.
Doa mendekap
lebih hangat dari selembar levis atau gamis.
2018
Bukit Lembu
setangkup rindu
berkulit beludru
embun dan fajar ungu
rumpun perdu
setangkas serdadu
menangkap lagu angin syahdu
makam leluhur
doa berlumur
tiada congkak, syukur berdebur
pohon langai
domba dibuai
naung mimpi-mimpi terkulai
keleneng sapi
sepi menari
duduk mrenung tepekur diri
bukit lembu
rindu yang beludru
jangan bakar perdu dan savana itu!
2019
Sepasang Burung Gereja
Sepasang burung gereja membangun sarang
di dahan pagi.
Bergelayut, mematuk-matuk sulur pare kering
yang menjalar di kabel telepon yang sunyi.
Sepasang sayap keduanya mengipas-ngipas sepi
yang enggan menepi.
Anginnya membuat mata mentari
berkedip-kedip geli.
Sepi yang terlanjur keras hati
seperti dibujuknya untuk menari.
Sepasang burung gereja membangun sarang
di dahan pagi.
Aku di beranda menanti;
tak ada kabar mana betina mana yang laki.
Situbondo, 2019
Saifir Rohman belajar menulis sejak di Sanggar Sastra Al-Amien (SSA).
Sedang menempuh studi di Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iah Situbondo.