JEMBER, Tugujatim.id – Eksploitasi gumuk di Kabupaten Jember secara masif mendapat respons dari beberapa kalangan pelaku budaya yang tergabung dalam Srawung Sastra, mahasiswa Universitas PGRI Argopuro dan warga Desa Wonojati, dengan menggelar acara Ruwat Rawat Gumuk pada Jumat (29/10/2021).
Acara ini bertujuan untuk menjaga ekosistem dengan menyelenggarakan ritual pepujian yang melibatkan kalangan seniman, budayawan, masyarakat, dan pemuda Wonojati.
Menurut Muhammad Afan, acara ini terselenggara atas kerja sama adik-adik mahasiswa Universitas PGRI Argopuro, masyarakat, dan pemuda Desa Wonojati.
“Saya melihat geliat masyarakat dan pemuda terhadap kegiatan beraroma budaya lokal desa perlu diapresiasi,” terangnya.
Acara tersebut diselenggarakan untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Acara dibuka dengan seremonial selawat, pepujian, serta pantun berbahasa Madura yang dibacakan Pak Sus Mistur, warga dan seniman tradisi pencak silat dan pantun Madura.
“Acara semacam ini sangat penting untuk menjaga keberlangsungan kesenian di desa ini, ” kata Pak Sus dalam sambutannya.
Sementara itu, koordinator Srawung Sastra Gunawan menjelaskan, gelaran semacam ini dimaksudkan untuk mendekatkan dunia seni dan sastra kepada masyarakat luas.
“Acara Ruwat Rawat Gumuk merupakan ekspresi kegelisahan masyarakat dan seniman terhadap pembabatan gumuk-gumuk yang ada di Jember,“ paparnya.
Menurut Gunawan, acara ritual semacam ini diharapkan bisa membangun kesadaran masyarakat dalam menjaga ekosistem gumuk. Sebab, jika kesadaran itu tidak dibangun, maka sepuluh tahun ke depan, gumuk hanya tinggal cerita bagi anak cucu.
“Kita sama-sama berdoa agar masyarakat memiliki kesadaran menjaga gumuk yang nyaris habis di Jember,” lanjut Gunawan.
Selepas seremonial yang ditutup dengan doa, acara berlanjut Malam Apresiasi Seni yang menghadirkan para seniman, baik musik maupun pembacaan puisi. Ketua Lesbumi Jember Siswanto membuka Malam Apresiasi Seni dengan pembacaan puisi.
Dilanjutkan pembacaan puisi oleh Ketua BKN Didit Gondrong dan beberapa kalangan sastrawan dan seniman. Di antaranya, Muhammad Lefan, Ebhi Yunus, Putra Yuda, Ali Ibnu Anwar, Moh Rohim, dan Muhyi.
Sementara untuk apresiasi musik, diisi musik jazz oleh Ali Gardi, seniman musik yang menggalakkan edukasi tentang musik. Tak sendirian, Ali Gardi juga ditemani para pemusik dari Oyot Suket dan Taman Bermain Alongguh.
Menurut Ali Ibnu Anwar, acara apresiasi kesenian dan budaya pada Ruwat Rawat Gumuk merupakan ekspresi kegelisahan masyarakat dan seniman, terhadap pembabatan gumuk-gumuk yang ada di Jember secara masif.
“Memang gumuk bukan tanah kita. Tetapi, jika kita sebagai manusia tidak bisa menjaga, lantas bagaimana ekosistem itu bisa seimbang,” ujar Ali. (*)