Tari Seblang Tampil di Museum Mpu Tantular Sidoarjo

Wujud Pelestarian Budaya dan Tradisi

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, Hudiyono. Foto: Izzatun Najibah/Tugu Jatim

SIDOARJO, Tugujatim.id Mewujudkan pelestarian budaya dan tradisi, Tari Seblang Banyuwangi ditampilkan di Museum Mpu Tantular, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Jumat (17/3/2023) malam.

Tari Seblang merupakan tradisi yang cukup tua di Banyuwangi, bahkan asal mulanya sangat sulit untuk dilacak. Seperti Tari Sintren asal Cirebon dan ritual Sanghyang di Bali.

Masyarakat Suku Osing Banyuwangi percaya, bahwa kata Seblang merupakan singkatan dari “Sebele Ilang” atau sialnya hilang. Umumnya, Tari Seblang dapat ditemukan di dua desa di Banyuwangi, yakni Desa Bakungan dan Desa Olehsari.

“Tari Seblang Banyuwangi sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2014. Sebagai wujud pelestarian maka digelar di Museum Mpu Tantular Sidoarjo,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, Hudiyono, pada Jumat (17/3/2023) malam.

Selain itu, Banyuwangi juga menjadi salah satu daerah dengan ribuan destinasi menarik. Suguhan alam dan tradisi budayanya yang kental mampu menarik wisatawan nusantara dan asing untuk mengenal Indonesia.

“Banyuwangi menjadi tempat percontohan wisata terbaik di Indonesia. Dan dari Gubernur (Jawa Timur), Khofifah juga memberikan amanah kepada kami bahwa tahun 2023 mampu menarik 238 juta wisatawan dari lokal maupun internasional,” tambahnya.

Hudiyono juga mengajak masyarakat meramaikan museum untuk menyebarkan edukasi melalui benda-benda bersejarah. Bukan tanpa alasan, Museum Mpu Tantular memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi dan penting untuk diketahui oleh anak-anak.

“Kita akan mendorong masyarakat dengan pertunjukan ini, ada pertunjukan seni dari Banyuwangi. Tetapi yang ingin kita tonjolkan adalah tempat ini adalah tempat sumber ilmu dan pengetahuan, khususnya nilai budaya dan seni,” kata Hudiyono.

Selain itu, museum tak hanya berisi tentang barang-barang peninggalan bersejarah. Berbagai kajian literatur juga terhimpun sehingga dapat dijadikan sumber pengetahuan mengenal budaya nenek moyang.

“Bisa belajar sosial, teknologi, agama, karena kajian-kajian di museum ini lengkap. Ayo warga Sidoarjo yang dekat dengan museum ini gunakan aji mumpung untuk mendidik anaknya mendapatkan informasi betapa leluhurnya budaya dan seni zaman dulu,” ucapnya.

Tak dapat dielakkan, semakin majunya perkembangan dunia digital membuat akses mendapatkan informasi semakin mudah. Hanya dengan melalui Google, orang akan lebih mudah mendapatkan informasi yang mereka inginkan. Sehingga banyak dari anak-anak yang sudah kecanduan gadget.

Hudiyono berpesan agar menjadikan dunia digital sebagai media untuk penguatan karakter. Sehingga, digitalisasi memberjkan dampak yang positif bagi penggunanya.

“Dengan adanya digitalisasi, jangan sampai menjadi perusak mental seharusnya menjadi penguat. Oleh karena itu, pemerintah Jawa Timur mendorong tempat-tempat edukasi seperti ini dengan berbagai pelayanan dan metode dengan promosi budaya supaya menjadi magnet,” pungkasnya.