PASURUAN, Tugujatim.id – Ummu Fatimah Qomariyah, 20, mahasiswi asal Pasuruan yang selamat dari Perang Sudan menuturkan kengerian suasana perang saudara tersebut. Mahasiswi International University of Africa (UIA) ini harus menjalani Lebaran 1444 H di tengah desing tembakan peluru dan hingga hantaman rudal.
Sejak perang saudara Sudan antara militer dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) pecah pada Senin (15/04/2023), Ummu Fatimah tidak bisa tidur dengan nyenyak. Sebab, posisi asrama kampus tempat tinggalnya berada di tengah zona merah perang saudara Sudan.
Bagian depan, kiri, kanan, dan belakang asramanya merupakan markas tentara yang setiap hari dijaga ketat. Hampir setiap menjelang malam, dia mendengar rentetan suara peluru yang bersahutan hingga pagi datang.
“Rasanya takut, panik, baru tidur sebentar kebangun dengar suara tembakan,” ujar Ummu Fatimah saat ditemui di rumahnya di gang Jambangan 2, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan, Selasa (02/05/2023).
Suasana mencekamnya perang saudara Sudan itu dia rasakan selama seminggu terakhir bulan Ramadhan. Bahkan, tembakan peluru nyasar sempat melesat ke tembok asrama mahasiswa pria. Meski begitu, tidak ada mahasiswa yang terluka akibat perang saudara Sudan.
“Di sekitar kampus kami juga banyak menemukan selongsong bekas peluru,” ungkapnya.
Mahasiswi lulusan Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogyakarta yang dapat beasiswa ini juga harus mengalami krisis makan dan air bersih. Setiap hari dia dan teman-temannya hanya bisa makan sahur dan berbuka seadanya. Belum lagi mereka harus berebut jatah makanan dengan para warga lokal yang juga mengungsi.
Bahkan untuk mendapatkan bahan makanan dan air keluar kampus, relawan mahasiswa harus melewati penjagaan ketat dan diperiksa identitasnya oleh para tentara.
“Makanya cuma nasi dicampur indomie kering yang belum dimasak, disediakan juga sama kampus olahan sayur,” ungkapnya.
Puncak kengerian perang saudara Sudan dirasakan Fatimah saat detik-detik menjelang salat Hari Raya Idulfitri 1444 H. Pada Jumat dini hari (21/04/2023), sekitar pukul 02.00 waktu setempat, sebuah rudal menghantam dan meledak di wilayah Sudan. Getaran ledakan rudal tersebut terasa hingga asrama kampus University of Africa (UIA).
“Rudalnya meledak sampai menggetarkan gedung. Saya sama teman-teman baru saja tidur, langsung bangun cuma bisa pasrah sembunyi di bawah kolong meja,” jelasnya.
Nurul Qomariyah, 50, si ibu mengaku sempat syok dan sedih mendapat pesan dari Fatimah terkait ledakan rudal saat perang Sudan. Suaminya, Ahmad Kadir, 52, bahkan sampai tidak berangkat bekerja karena memikirkan nasib putri ke-3 dari delapan anaknya tersebut.
“Saya sama keluarga bingung kepikiran anak gimana lagi nempuh pendidikan kok malah terjadi perang, Mas. Cuma bisa berdoa terus, alhamdulillah bisa pulang,” ucap Nurul.
Sebelumnya diberitakan, Ummu Fatimah Qomariyah, 20, mahasiswi asal Pasuruan, ini menjadi salah satu warga negara Indonesia (WNI) yang berhasil dievakuasi dari Perang Sudan. Mahasiswi International University of Africa (UIA) ini dipulangkan bersama rombongan kloter pertama 385 WNI asal Indonesia dari medan perang saudara Sudan sejak Minggu (23/04/2023).
Dia bersama 37 WNI asal Jawa Timur pengungsi korban perang Sudan ini akhirnya sampai di Surabaya pada Minggu (30/04/2023).