MALANG – Jalur rel trem pada zaman kolonial Belanda ditemukan di bawah aspal kawasan Kayutangan, Kota Malang saat pengerjaan proyek Kayutangan Heritage, Rabu (11/11/2020) kemarin. Hal tersebut otomatis menguak fakta historis yang telah lama terpendam.
Diduga, lintasan jalur trem ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Rel trem sepanjang sekitar 200 meter itu ditemukan saat pembongkaran jalan koridor Zona I dalam proyek Kayutangan Heritage yang baru saja dimulai pekan ini. Persisnya, jalur ‘ular besi’ ini ditemukan di Perempatan Rajabali, Jalan Basuki Rahmat, Kota Malang.
Baca Juga: 15 Daftar Website Penyedia Vektor Gratis yang Super Keren
Saat ditemukan, kondisi rel masih bagus dan kokoh, hanya saja tampak berkarat.
Dikatakan Pemerhati Rel Kereta, Indrana Cahaya Kusuma, yang langsung datang mengecek temuan bersejarah itu, bisa dipastikan dari melihat ukuran lebar lintangan rel 1.067 milimeter ini, merupakan standar rel kereta api.
Jika mengacu pada sejarahnya, kolonial Belanda mulai mengoperasikan rel kereta trem di Malang ini pada sekitar tahun 1903 silam. Total lintasan trem ini diperkirakan terbentang mulai dari Stasiun Blimbing hingga kawasan Jagalan.
“Diperkirakan total panjang lintasan rel sekitar 6 kilometer, dari Stasiun Blimbing hingga Jagalan. Dibuka sekitar pada 15 Februari 1903 dan ditutup kemungkinan pada tahun 1959,” ungkapnya, kemarin.
Lebih jauh, lintasan trem ini dibuat memang untuk mengangkut orang dan muatan barang. Tak heran, karena kawasan Kayutangan sejak dari sononya memang menjadi pusat perdagangan dan juga pemukiman warga Belanda dan Eropa.
Baca Juga: Spoiler One Piece 995: Pertarungan Big Mom vs Marco Dimulai
“Dulunya disini memang sentral bisnis. Jadi, ini (rel trem) adalah jalur perdagangan. Sementara, sentra-sentra produksinya ada di sini,” ujar pegiat sejarah di Komunitas Malang Raya Heritage tersebut.
Terpisah, menanggapi temuan ini, Wali Kota Malang, Sutiaji, memberikan instruksi kepada pelaksana proyek untuk mensiasati bagaimana cara rel ini agar tidak terkubur kembali.
Dia menyarankan, agar rel ini tidak ditutup sepenuhnya. Sebabnya, rel ini menjadi aset bersejarah penting bagi Kota Malang. Lebih jauh, setelah berkoordinasi dengan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), diputuskan agar tidak ditutup.
“Ini ada nilai sejarahnya. Jadi, keputusannya tetap tidak dibongkar, tapi dibuat ada semacam penanda. Supaya nanti orang tahu, dulunya di kawasan ini ada rel bersejarah,” jelasnya.
Dengan begitu, keberadaan jalur rel trem ini akan menjadi situs otentik yang menguatkan bahwa kawasan ini memang legendaris. ”Justru dengan ini, menunjukkan kalau kawasan Kayutangan benar-benar layak masuk kawasan heritage,” imbuhnya.
Baca Juga: Hari Ayah Nasional: Ragam Cerita Peringatan Hari Ayah di Dunia
Sebagai informasi, proyek Kayutangan Heritage ini adalah program dari Kementerian PUPR bertajuk program Kotaku. Proyek senilai Rp 23 miliar dari APBN ini, berusaha menyulap Kayutangan jadi seperti kawasan Malioboro di Yogyakarta.
Kayutangan, dengan warisan historis yang tinggi sebagai pusat perdagangan itu, masih bertahan hingga kini. Bahkan, juga menjadi pusat perkantoran dan pertokoan dengan bangunan lawas yang masih terjaga keasliannya. (azm/zya/gg)