Rabu, Maret 3, 2021
  • Login
  • Register
Tugujatim.id
Advertisement
  • Home
  • News
  • Featured
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Budaya
  • Entertainment
  • Pilihan Redaksi
  • Olahraga
  • Tugu TV
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Featured
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Budaya
  • Entertainment
  • Pilihan Redaksi
  • Olahraga
  • Tugu TV
No Result
View All Result
Tugujatim.id
No Result
View All Result
Home Featured

Lentera Kota, Komunitas Pendidikan Anak Jalanan dan Perkampungan Padat di Surabaya

Redaksi Penulis Redaksi
Februari 6, 2021
in Featured, News, Pendidikan
Anggota dan Pengurus komunitas Lentera Kota mendidik anak-anak jalanan dan perkampungan padat di Terminal Joyoboyo Surabaya. Foto diambil sebelum masa pandemi. (Foto: Dokumen/Lentera Kota) tugu jatim

Anggota dan Pengurus komunitas Lentera Kota mendidik anak-anak jalanan dan perkampungan padat di Terminal Joyoboyo Surabaya. Foto diambil sebelum masa pandemi. (Foto: Dokumen/Lentera Kota)

Share on FacebookShare on TwitterShare Whatsapp

SURABAYA, Tugujatim.id – Setelah mengenal komunitas Kampoeng Dolanan si penjaga permainan tradisional dan komunitas Sebung Surabaya si pembagi nasi bungkus untuk rakyat miskin kota, kini Tugu Jatim mengulik komunitas yang bergerak di bidang pendidikan anak-anak jalanan dan perkampungan padat di Terminal Joyoboyo Surabaya. Nama komunitas mulia itu, Lentera Kota.

Dibentuk pada 12 Mei 2016, sudah berusia 5 tahun, tatkala sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) angkatan 2012, menjalankan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di daerah pelosok. Mengajar anak-anak pedesaan, kemudian mendapat secercah inspirasi untuk membangun komunitas di Surabaya, meneruskan ilmu mengajar ketika KKN. Lahirlah, Lentera Kota.

“Dulu dibentuk oleh lima orang mas. Tiga laki-laki, namanya mas Faris, mas Alvian, mas Marno. Sedang yang dua perempuan, namanya mbak Yayang dan mbak Ajeng. Iya, kurang lebih ada lima orang itu yang membentuk Lentera Kota,” terang Eko Widyanto, Humas Lentera Kota pada pewarta Tugu Jatim, Sabtu (06/02/2021), pukul 10.30 WIB.

Tidak hanya anak jalanan, komunitas ini juga kerap mendidik anak-anak di perkampungan padat penduduk di kawasan Terminal Joyoboyo, Surabaya. (Foto: Dokumen/Lentera Kota) tugu jatim
Tidak hanya anak jalanan, komunitas ini juga kerap mendidik anak-anak di perkampungan padat penduduk di kawasan Terminal Joyoboyo, Surabaya. (Foto: Dokumen/Lentera Kota)

Kemudian Widi, penggilan Eko Widyanto, menyebut jumlah pengurus yang aktif sekitar 15-20 orang dari berbagai kampus di Surabaya. Seperti Universitas Airlangga (Unair), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (Uinsa), Universitas Hang Tuah (UHT), dan lain-lain, dari kalangan warga serta pekerja juga terlibat.

“Ada juga yang dari warga biasa, dari pekerja juga sempat bergabung. Jadi tidak harus dari mahasiswa atau kampus. Ada juga dari komunitas-komunitas lainnya yang ikut membantu menjalankan agenda Lentera Kota setiap minggunya, jadi semua pengurus juga jalan,” imbuh Widi.

Selain itu, Widi pun menjelaskan, komunitas ini aktif berkegiatan dua kali seminggu, pada hari Selasa dan Kamis. Namun belakangan, lantaran sebagian pengurus sedang memiliki agenda wajib yang tidak bisa ditinggalkan, frekuensi kegiatan Lentera Kota menjadi seminggu sekali, yaitu hari Kamis saja.

“Kadang kami (Lentera Kota, red) hari Minggu juga berkegiatan, kalau ada agenda tertentu sama komunitas lain dan hari-hari besar, kami adakan pertemuan sama anak-anak tersebut di perkampungan dekat Terminal Joyoboyo,” cetus lelaki alumnus Jurusan Pendidikan Olahraga, Fakultas Ilmu Olahraga, Unesa angkatan 2015 tersebut.

Di sisi lain, Widi juga menyampaikan, kurikulum yang diajarkan komunitasnya sudah disusun berdasarkan kesesuaian kompetensi setiap jenjang pendidikan yang sedang ditempuh oleh anak-anak jalanan dan perkampungan di area Terminal Joyoboyo. Materi yang diajarkan disesuaikan dengan usia anak-anak jalanan.

“Kami sudah buat kurikulum sendiri untuk anak-anak. Setiap kagiatan, jumlah anak-anak yang datang bervariasi, kadang tujuh, kadang paling banyak sampai 20 anak. Ada bimbel, calistung, dan lain-lain. Itu kami sesuaikan sama kelas masing-masing,” tegasnya.

Anak-anak antusias mengikuti pengajaran dari Komunitas Lentera Kota di Surabaya. Foto diambil sebelum masa pandemi. (Foto: Dokumen/Lentera Kota)
Anak-anak antusias mengikuti pengajaran dari Komunitas Lentera Kota di Surabaya. Foto diambil sebelum masa pandemi. (Foto: Dokumen/Lentera Kota)

Untuk pengelolaan anggaran komunitas Lentera Kota, Widi menjelaskan memakai sistem uang kas yang dikumpulkan dari iuran setiap pengurus per bulan dengan nominal seikhlasnya. Widi tidak memberikan batas minimal jumlah uang kas, kalau ada bersyukur, kalau tidak ada juga tidak mengapa.

“Walau kita kadang urunan, kadang tidak. Tapi alhamdulillah anggaran selalu ada, entah dapat dari mahasiswa yang melakukan penelitian soal komunitas (banyak yang memakai Lentera Kota sebagai referensi penelitian skripsi dan praktikum perkuliahan, red), dari hajatan, bakti sosial juga, pasti bisa dipakai untuk menambah uang kas,” jelas lelaki asal Tuban tersebut.

Kegiatan rutin yang diadakan setiap minggu digelar mulai pukul 16.00 sampai 18.00. Lokasi perkampungan padat di Terminal Joyoboyo Surabaya, tepi jalan terdapat rumah kumuh, tidak sedikit anak-anak yang memerlukan perhatian, didikan soal moral dan pendampingan agar menjadi orang yang positif di masyarakat.

“Kami ada kegiatan pembelajaran lapangan, pembelajaran permainan tradisional, calistung, dan pendidikan karakter. Kadang kalau kami mengajar dan anak-anak sudah nyaman, betah, pas kami pulang mereka nangis, digandoli, gak boleh pulang,” cerita Widi.

Selama mengikuti dan menjadi pengurus di Lentera Kota, Widi mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran. Misalkan, mengenal secara langsung masyarakat kampung, tatkala berbuat ikhlas dan kebaikan pasti banyak yang menolong.

“Kita mencari ilmu, selagi di kampus. Kita juga mencari ilmu di luar yaitu masyarakat. Istilahnya, memegang dua tempat belajar, dari kampus dan masyarakat. Mungkin kalau di perkuliahan dapatnya di KKN, kalau di Lentera Kota langsung nyata di masyarakat,” pungkas lelaki yang juga menjadi guru di salah satu sekolah swasta di Surabaya.

Widi berharap, agar Lentera Kota tetap berjalan serta pengurus tetap aktif dalam menjalankan komunitas. Supaya anak-anak jalanan dan perkampungan padat di Terminal Joyoboyo dapat terus dibimbing, ditemani dan dididik dalam soal moral, etika, keilmuan dan wawasan yang positif bagi masyarakat. (Rangga Aji/gg)

Tags: KomunitasKota SurabayapendidikanSurabaya
Previous Post

Santri di Kabupaten Malang Tidak Boleh Dijenguk selama PPKM

Next Post

5 Tempat Wisata untuk Generasi Milenial di Surabaya

Next Post
Kenjeran Park, salah satu tempat wisata di Surabaya yang cocok dikunjungi bagi kamu generasi milenial. (Foto: Beautiful Indonesia/Pinterest) tugu jatim

5 Tempat Wisata untuk Generasi Milenial di Surabaya

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Tangkapan foto dari video kebakaran warung bakso dan kios bensin di Kecamatan Grabagan, Tuban. (Foto: Dokumen/Tugu Jatim)

Warung Bakso di Tuban Ludes Dilalap Si Jago Merah

Maret 2, 2021
kampus UM

Banyak Diincar Calon Mahasiswa, Ini Kampus Terbaik di Klaster 1 dan 2 Jawa Timur

Agustus 27, 2020
Kondisi truk yang masih terguling di sebelah utara Bundaran Manunggal Utara, Tuban. (Foto: Moch Abdurrochim/Tugu Jatim)

Sopir Mengantuk, Truk Tabrak Bundaran Manunggal Utara Tuban

Februari 24, 2021
Aurora borealis, ilustrasi suara dentuman misterius yang terdengar di wilayah Malang Raya. (Foto: Pixabay) tugu jatim

Suara Dentuman Misterius Terdengar di Malang, BPBD dan BMKG Beri Tanggapan

Februari 3, 2021
kastil korea yang sering jadi latar drama korea

6 Rekomendasi Drama Saeguk, Drama Korea Berlatar Belakang Kerajaan

9
komunikasi dengan anak

Tips dan Cara Efektif Membangun Komunikasi dengan Anak Sejak Usia Dini

7
prialangga raisa

Mengenal Prialangga, Kreator di Balik Layar Video Klip Raisa ‘Bahasa Kalbu’

6
ilustrasi obesitas

Awas, Obesitas Tingkatkan Risiko Kematian COVID-19 hingga 48 Persen

6
Ilustrasi limbah sampah plastik yang mulai dilarang oleh Pemkot Malang per Maret ini. (Foto: Pixabay) tugu jatim

Pemkot Malang Larang Penggunaan Plastik Sekali Pakai

Maret 3, 2021
Gilang Aprilian Nugraha Pratama alis Gilang Bungkus (kiri) ketika dijemput oleh jajaran Polrestabes Surabaya dan Polres Kapuas di Kapus, Kalimantan Tengah pada 6 Agustus 2020. (Foto: Dokumen/Polri)

Gilang Bungkus Kain Jarik Divonis 5,5 Tahun Penjara oleh PN Surabaya

Maret 3, 2021
ulama sekaligus YouTuber Idris Al-Marbawi atau Gus Idris yang menjadi perhatian masyarakat karena video penembakan dirinya. (Foto: Instagram/gusidrisofficial) tugu jatim

PCNU Kabupaten Malang Tanggapi Video Hoaks Penembakan Gus Idris

Maret 3, 2021
Alim Sugiantoro (kanan), Ketua Penilik Domisioner Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kwan Sing Bio Tuban. (Foto: Moch Abdurrochim/Tugu Jatim)

PTUN Kabulkan Gugatan Kubu Alim Sugiantoro Terkait Kepengurusan TITD Kwan Sing Bio Tuban

Maret 3, 2021
Tugujatim.id

© 2019 - IT TUGUJATIM.

Pilihan Kami

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Info Kerjasama

Ikuti Kami

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Featured
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Budaya
  • Entertainment
  • Pilihan Redaksi
  • Olahraga
  • Tugu TV

© 2019 - IT TUGUJATIM.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In