Senin, Januari 18, 2021
Tugujatim.id
Advertisement
  • Home
  • News
  • Featured
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Budaya
  • Entertainment
  • Pilihan Redaksi
  • Olahraga
  • Tugu TV
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Featured
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Budaya
  • Entertainment
  • Pilihan Redaksi
  • Olahraga
  • Tugu TV
No Result
View All Result
Tugujatim.id
No Result
View All Result
Home Entertainment

5 Mitos Pernikahan Masyarakat Jawa, Percaya atau Tidak?

Redaksi Penulis Redaksi
Oktober 25, 2020
in Entertainment, News, Sastra & Budaya
Ilustrasi pernikahan, Mitos pernikahan

Ilustrasi pernikahan. (Foto: Pixabay)

Share on FacebookShare on TwitterShare Whatsapp

Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki beraneka ragam kebudayaan dan memegang nilai-nilai tradisi. Salah satunya yakni tentang mitos pernikahan yang berkembang di masyarakat Jawa. Tak jarang mitos-mitos ini membuat calon mempelai pengantin terpaksa harus mengakhiri hubungan asmaranya karena mitos tersebut.

Nah, apa saja mitos pernikahan masyarakat Jawa itu? Untuk hal ini, kamu boleh percaya atau tidak terkait kebenarannya. Tugu Jatim akan membahas daftar 5 mitos yang banyak berkembang di pulau Jawa. Mulai dari mitos jika tak dilakukan akan tertimpa musibah, hubungan keluarga retak, hingga bencana lain.

Baca Juga: Inggris Bakal Kembalikan 5.000 Artefak Kuno ke Irak

Yuk kita tengok mitos yang berkembang khususnya terkait pernikahan. Berikut adalah daftarnya:

  1. Weton

Weton sering diidentikkan dengan ramalan yang berasal dari kebudayaan Jawa. Weton yang dimiliki oleh setiap orang ini bisa diketahui berdasarkan hari kelahiran dalam perhitungan kalender Jawa. Bagi masyarakat Jawa, weton tak hanya untuk penghitungan semata, melainkan juga dikaitkan dengan mitos pernikahan.

Sebab, berdasarkan hitung-hitungan weton, pengantin bukan hanya membutuhkan restu orangtua untuk dijadikan pertimbangan dalam melangsungkan pernikahan. Sebab, perhitungan weton juga berpengaruh dalam menentukan kecocokan pasangan. Perhitungan weton jodoh memiliki rumusan tersendiri.

Ketika hasilnya menunjukkan ketidakcocokan, rencana pernikahan sebaiknya tidak dilanjutkan karena ditakutkan kehidupan ke depannya akan mengalami banyak musibah. Nah, kamu percaya ga tentang weton ini?

  1. Posisi Rumah

Pada beberapa daerah di Jawa, posisi rumah menjadi salah satu faktor penentu dalam pernikahan. Ada sebuah larangan yang berhubungan dengan posisi rumah calon mempelai pengantin, yakni  posisi rumah calon mempelai yang berhadapan dilarang untuk menikah.

Baca Juga: Prekuel Game of Thrones Akan Rilis Tahun 2022, Fokus ke Cerita Keluarga Targaryen

Selain itu, ada juga mitos tentang arah rumah yang disebut ngalor ngulon (utara barat). Konon katanya calon pengantin yang letak rumahnya ngalor ngulon dilarang untuk menikah karena bisa menimbulkan kemalangan pada kehidupan setelahnya.

Meskipun demikian, ada cara agar tetap bisa menikah yakni merenovasi rumah atau salah satu di antara kedua mempelai diangkat anak oleh kerabat lain yang rumahnya tidak berhadapan.

  1. Waktu pelaksanaan pernikahan

Ada beberapa pantangan tentang waktu pelaksaanaan pernikahan yang dipercaya oleh sebagian besar orang-orang Jawa. Pelaksanaan pernikahan di tahun kabisat dipercaya sebagai suatu pantangan yang bisa menyebabkan pasangan akan berpisah.

Selain itu, pasangan pengantin sebaiknya juga tidak menikah di bulan syuro atau muharram. Hal itu didasakan pada kepercayaan tentang bulan syuro yang dianggap keramat bukan bulan baik untuk mengadakan acara, khususnya pernikahan. Apabila pantangan ini dilanggar akan mendatangkan malapetaka atau musibah di antara dua keluarga.

  1. Pernikahan Jilu (Siji-Telu)

Pernikahan jilu atau siji lan telu atau pernikahan anak pertama dengan anak ketiga dinilai tidak baik. Masyarakat Jawa percaya bahwa anak pertama dan anak ketiga dilarang untuk menikah. Posisi ini tidak hanya berlaku untuk kamu dan pasangan, tetapi juga untuk ayah dan ibu dari masing-masing pihak.

Baca Juga: 6 Rekomendasi Drama Saeguk, Drama Korea Berlatar Belakang Kerajaan

Apabila kedua calon pengantin ini tetap melangsungkan pernikahan, masyarakat percaya bahwa kehidupan ke depannya akan menghadapi banyak cobaan, seperti kurang akur, bercerai, atau ditinggal. Barangkali mitos ini ada berdasarkan perbedaan karakter antara anak pertama dengan anak nomor tiga yang cukup sulit untuk disatukan.

  1. Suku Jawa dan Sunda

Pasangan yang berasal dari Suku Jawa dan Sunda sebaiknya tidak melangsungkan pernikahan. Mitos ini berawal dari kisah perang Bubat yang terjadi antara Kerajaan Majapahit (Jawa) dan Kerajaan Padjajaran (Sunda). Perang itupun memunculkan sebuah larangan esti ti luaran (beristri dari luar) yang diartikan sebagai larangan menikah dengan orang Jawa. Permasalahan yang sudah terjadi sejak dahulu kala ini masih diyakini dan dipercaya hingga sekarang. Masyarakat masih percaya apabila pantangan ini dilanggar, maka kehidupan pasangan pengantin ini akan sengsara.

Nah, hal-hal di atas adalah mitos-mitos pernikahan yang banyak berkembang di masyarakat Indonesia khususnya Jawa. Percaya atau tidak? (Sindy Lianawati/gg)

Tags: Budayamitosnikahpernikahan
Previous Post

Inggris Bakal Kembalikan 5.000 Artefak Kuno ke Irak

Next Post

Es Laut Arktik Tidak Membeku untuk Kali Pertama pada Bulan Oktober

Next Post
es kutub utara samudra arktik

Es Laut Arktik Tidak Membeku untuk Kali Pertama pada Bulan Oktober

  • Trending
  • Comments
  • Latest
kampus UM

Banyak Diincar Calon Mahasiswa, Ini Kampus Terbaik di Klaster 1 dan 2 Jawa Timur

Agustus 27, 2020
Polisi amankan barang bukti motor Pelaku Pembacokan di Malang: Teman Dekat Sekaligus Tetangga

Pelaku Pembacokan di Malang: Teman Dekat Sekaligus Tetangga

November 19, 2020
one piece 991 one piece volume 97

Spoiler One Piece 991: Jack Tumbang, Kinemon Tebas Napas Api Kaido

Oktober 15, 2020
Mencari Corona Lewat Puisi Marhalim Zaini

Mencari Corona Lewat Puisi Marhalim Zaini

Agustus 27, 2020
biduan kena tipu

Modus Investasi Tembakau, Biduan Asal Malang Kena Tipu Rp 350 Juta

5
Kondisi pengungsian akibat erupsi Gunung Semeru. (Foto: BEN/Tugu Jatim)

Dua Desa di Lumajang Bertahan di Pengungsian Pasca-Erupsi Gunung Semeru

4
ilustrasi obesitas

Awas, Obesitas Tingkatkan Risiko Kematian COVID-19 hingga 48 Persen

4
senjata api

Polisi Bekuk Sindikat Senjata Api di Malang, Sita Belasan Pucuk Pistol

3
Plengsengan yang ambrol di Perumahan Griya Sulfat Inside, Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. (Foto: Azmy/Tugu Jatim)

Plengsengan Ambrol, 1 Orang Penghuni Perumahan Bunulrejo Hilang

Januari 18, 2021
Alat screening Covid-19 bernama i-nose c-19. (Foto:Humas ITS Surabaya/Tugu Jatim)

Pelaku Curanmor di Bojonegoro Ditangkap, Berikut Kronologinya

Januari 18, 2021
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak (dua dari kiri) memperlihatkan alat penemuan pendeteksi Covid-19 yang dibuat oleh Prof Riyan (dua dari kanan). (Foto: Humas ITS Surabaya/Tugu Jatim)

Guru Besar ITS Surabaya Temukan Alat Screening Covid-19 Pertama di Dunia melalui Bau Keringat Ketiak

Januari 18, 2021
Kambing yang tewas diduga dimangsa oleh kawanan anjing liar. (Foto: Moch Abdurrochim/Tugu Jatim)

Kepolisian Rencanakan Tangkap Kawanan Anjing Liar yang Mangsa Kambing Warga di Tuban

Januari 18, 2021
Tugujatim.id

© 2019 - IT TUGUJATIM.

Pilihan Kami

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Info Kerjasama

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Featured
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Budaya
  • Entertainment
  • Pilihan Redaksi
  • Olahraga
  • Tugu TV

© 2019 - IT TUGUJATIM.

Go to mobile version
We would like to show you notifications for the latest news and updates.
Dismiss
Allow Notifications